Translate

Senin, 14 Januari 2013


"AKU MENUNGGUMU, SUAMIKU."

Suamiku..
Sore ini aku menunggumu. Aku sudah mandi. Aku juga sudah Shalat. Dan aku sudah mempercantik diri. Walau hanya dengan usapan bedak tipis dan goresan lipstick seadanya. Itu semata-mata untukmu suamiku. Bukan untuk yang lain.

Suamiku..
Engkau pasti lelah. Sangat lelah tentunya. Setelah seharian bekerja. Engkau juga pasti sudah lapar setelah memeras otak dan keringat seharian.

Jangan khawatir suamiku. Aku sudah mempersiapkan sayur asam kesukaanmu. Dan juga tempe goreng yang menjadi favoritmu. Nanti kita makan bersama-sama seperti biasanya. Aku yakin engkau pasti akan senang dan lahap menyantapnya. Aku yakin itu.

Suamiku..
Tahukah engkau betapa bahagianya aku saat ini? Satu kalipun engkau tak pernah mengeluh. Ataupun sampai marah kepadaku karena soal makanan. Begitu juga soal lain-lainnya. Walaupun hidup kita serba pas-pasan dan sering makan seadanya. Engkau malah banyak membesarkan hatiku. Mengajarkan aku untuk menerima dan mensyukuri setiap rezeki sekecil apapun yang Allah berikan kepada kita.
Aku masih ingat kata-katamu suamiku," Dinda, dengan banyak bersyukur akan jauh terasa lebih nikmat walau kita makan seadanya. Apalagi tetap dalam kebersamaan."

Alangkah bahagianya aku. Alangkah damainya hatiku mengingat kata-katamu itu.

Suamiku..
Aku menunggumu. Aku akan selalu setia menunggumu. Aku ingat dulu, betapa setianya engkau menungguku. Menungguku dalam ketidakpastian. Dalam sebuah harapan. Dengan tetap bertahan dalam tipisnya sebuah harapan untuk memilikiku. Saat engkau menjatuhkan pilihan kepadaku. Menjatuhkan pilihan untuk menjadi pendamping hidupmu.

Suamiku..
Aku juga masih ingat sifatmu yang pantang menyerah itu. Walau awalnya aku tak menghiraukanmu. Engkau selalu berusaha untuk meraih simpatiku. Untuk menaklukkan hatiku. Tutur katamu yang sopan itu. Akhlakmu yang mulia itu. Dan juga ketakwaanmu dalam beragamamu itu.

Sungguh..!
Itulah yang membuat aku benar-benar bertekuk lutut di hadapanmu. Hingga akhirnya aku mempersilahkan hatimu untuk singgah dalam hatiku.

Hingga pada suatu hari di sore itu. Engkau datang bersama kedua orang tuamu untuk meminangku. Dan dengan senyum terkembang, aku hanya mampu mengangguk tanda setuju kepada orang tuaku ketika minta persetujuanku. Indahnya bila mengingat itu semua.

Suamiku..
Betapa besar Anugerah dari Allah hingga aku bisa milikimu. Dan engkau juga bisa memilikiku. Sulit membayangkan betapa bahagianya aku kini bisa menjadi makmummu.

Cukup sampai disini dulu suamiku. Aku sedang tersenyum bahagia sekarang mengingat semuanya itu. Dan tanpa terasa butir-butir air mata bahagia telah menetes di pipiku.

Cepatlah pulang suamiku.

Disini..
Aku, isterimu selalu menunggumu dengan setia. Dan akan tetap selalu setia.

♥ ♥ Isterimu ♥♥

Tidak ada komentar: